Selamat Datang di Kampung Maya Si Gadis Ceria

Detik-detik natijahku

Benar-benar hari yang menegangkan. Detik-detik dimana natijah mulai turun. Saat dimana para masisir harus mempersiapkan mental untuk menerima natijah, seandainya saja kemungkinan yang terburuk itu terjadi.

Ah, benar-benar saat yang menyebalkan. Tapi justru di sinilah seninya, ha3x. Saat ketakutan itu begitu memuncak, saat semua tak bisa terprediksi, saat harus memaksa diri untuk bisa menerima segala kemungkinan yang kan terjadi.

Hanya ada dua kemungkinan, Najah dan Rashib. Rabbi, berikan kemungkinan pertama pada kami. Mungkin juga hanya ada dua pilihan; senyuman atau tangisan. Saat dimana orang-orang mulai mereplay memori ujian mereka masing-masing, untuk sebuah prediksi yang ujung-ujungnya juga wallahua‘lam.

Dan aku?
Bagaimana dengan aku?
Aku baru sadar, mempertahankan lebih sulit dari pada meraihnya. Dua tahun dengan taqdir yang cukup memuaskan itu membuatku merasa seribu kali lebih takut.

Banyak ‘seandainya’ yang muncul di otakku. Memenuhi memori optimisku. Mendelete sebagian kepercayaan diriku. Meski aku tahu, itu bukanlah aku. Aku selalu percaya, that the one is what he thinks. Dan mungkin juga aku. Aku selalu percaya dengan kepercayaan Tuhan padaku. Dengan segala rasa tawadhu’ku pada-Nya, aku selalu berharap Dia menitipkan kepercayaan-Nya untuk ku memegang amanah cantik-Nya.

Tahun pertamaku, Jayyid. Tak ada perasaan apapun, kecuali rasa syukur yang sangat atas kepercayaan Tuhan padaku. Terimakasih Tuhan, terimakasih ya Allah. Mungkin Tuhan percaya, aku akan lebih semangat dengan predikat itu. Mungkin Dia yakin aku tidak akan sombong dengan itu. Mungin Dia memberiku sebuah motivasi untuk lebih baik selanjutnya. Mungkin juga itu bentuk penghargaanya padaku. Mungkin juga karena Allah menyayangiku. Terimakasih Tuhan.

Terimakasih engkau memberi motivasi bukan melalui sebuah kegagalan. Terimakasih engkau menaburkan benih semangat melalui sebuah awal yang cukup baik. Namun maafkan hamba, saat takabur itu sempat terlintas. Saat jiwa narsis itu sempat muncul. Yah, meski hamba tahu kau selalu membantu hamba untuk segera menepisnya. Karena hamba tahu engkau tahu hamba adalah manusia; tempat kesalahan itu bermukim.

Tahun keduaku, Jayyid Jiddan. Sekali lagi Allah memberiku sebuah kejutan yang begitu mengagumkan. Padahal ada insiden yang cukup mengerikan bagiku. Bagaimana tidak, aku sempat mengalami salah madah di tahun kedua ini, tepatnya term kedua. Karena keteledoranku yang sedikit meremehkan peran konfirmasi informasi yang valid, akhirnya satu madah menjadi korban. Ulumul Haditsku hancur. Kurang 3 poin untuk sampai pada nilai maqbul. Tapi tentu saja dengan izin-Nya, akhirnya nilai al-Quránku bisa me rafa’ tiga poin tersebut. Dan alhamdulillah, itulah hadiah Tuhan untukku di tahun keduaku.

Aku menerima informasi natijah ketika berada di rumah. Kebetulan sekali tahun 2007 kemarin aku di izinkan pulang oleh orang tuaku, dan Allah tentunya. Fiiuuh, benar-benar nggak nyangka, aku bisa sampai pada predikat itu. Perasaan hopeless ku sudah mendominasi. Apalagi saat itu aku sedang berhadapan secara langsung dengan orang-orang tercintaku, yang pastinya kepada merekalah aku mempertanggung jawabkan hasil perantauanku. Ketakutan memang sempat memuncak, tapi aku tahu mereka tak akan pernah memojokkanku dengan tuntutan-tuntutan mereka, yang selama ini sengaja ku lukiskan sendiri di otakku. Yah, sekedar untuk motivasi.

Dan itulah kejutan Allah untukku. Meski keteledoran itu sempat ku lakukan, namun Allah tak pernah teledor padaku. Dia selalu berhasil membuatku menjadi seorang hamba yang begitu malu atas nikmatNya. Sekali lagi terimakasih Tuhan.
Hari ini…
Detik ini…
Aku tak bisa memprediksi skenario-Nya untukku.
Aku tahu, Dia bijak. Bahkan sangat bijak.
Apapun itu, pasti ada skenario cantik di baliknya.

[regards]
El_funny
050808 => 00:15

0 comments: