Selamat Datang di Kampung Maya Si Gadis Ceria

CERDAS vs RAJIN

"BISA KARENA BIASA"
CERDAS VS RAJIN

Dulu aku lebih suka orang yang cerdas dari pada orang yang rajin. Karena menurutku kecerdasan adalah modal utama dan pertama untuk sebuah kesuksesan, apapun bentuknya.
Tapi tidak untuk sekarang. Kalau di suruh milih, aku akan lebih memilih orang yang rajin tapi kecerdasan biasa-biasa aja. Dari pada orang cerdas yang nggak mau belajar dan hanya mengandalkan kecerdasannya dalam meraih suksesnya.

Humm…kalau orang cerdas juga rajin???
Ya élah…itu mah bukan pilihan. Semua orang ya maunya kayak gitu.

Mau bisa nyanyi, ya biasain nyanyi. Mau bisa masak, ya yang sering-sering masak. Mau bisa memahami sesuatu secara mendalam, sering-sering aja ngulang tuh sesuatu. Insyaallah, bakalan BISA dapet apa yang kamu inginkan.

Jadi inget kata ustadzku…”Saya pernah membaca buku ini (Dengan menunjukkan buku yang di maksud) kurang lebih tujuh belas kali, dan tujuh belas kali juga saya mendapatkan ilmu/ pemahaman baru dari buku ini”.

Hah????…tujuh belas kali???
Perasaan, aku kalau baca buku, tiga kaliiii aja, rasanya dah mual-mual. Lah ini, tujuh belas kali. Tiga puluh kali malahan, beliau pernah baca buku dengan judul yang berbeda.

Ilmu baru di setiap baca???
Is that right??

Hmm…Statement itu ternyata benar. Contoh kecil, baca muqarar tentunya nggak bisa sekali atau dua kali jika memang ingin benar-benar daqiq. Ilmu dan pemahaman baru pasti akan selalu muncul berkali-kali sebanyak kali kita membacanya. Karena di setiap sesuatu yang kita baca, makna yang tersirat lebih banyak dari yang tersurat.

Pernah juga loh aku lihat satu film yang aku ulangi sampe lebih dari lima kali. Nah, subhanallah…percaya atau nggak, setiap kali aku lihat dan muraja’ah (hue3x) tuh film, sebanyak itu pula aku dapet pemahaman baru dari jalan cerita itu (karena kebetulan tuh film emang nggak mudah di tebak, jadi nasyat deh nontonnya). Dari sini aku jadi inget dan langsung angguk kepala sama statemen ustadzku.

Atau ketika kita baca al-Qurán, kalam-Nya yang menyimpan makna yang begitu luas dan tanpa batas. Setiap kali baca, insyaallah akan ada aja makna yang muncul, yang membuat hati sedikit demi sedikit bergeser kembali ke tempat asalnya, Di tengah, tempat God spot itu ada.

Yah…Bisa memang karena biasa!!!
Benar yah kata Rasulullah…”Khairul umur adwamuha wa in qalla” . atau “Qul amantu billahi tsumastaqim”. Yah…intinya sih istiqamah getoh!!!

Nggak apa-apa kok sedikit demi sedikit. Yang penting istiqamah. Nanti juga bakal menjadi bukit.
Kalau otodidak??
Yuhuiii…it’s up to the man. Yang pasti, insyaallah aku bukan pengikut madzhab otodidak, kecuali terpaksa, ha3x. Sama aja ya???.

Nah…satu pelajaran lagi dari rajin.
Yaitu, menghargai sebuah proses. Menurut hasil surveyku dari beberapa temenku yang dah dapet stempel rajin dari aku (he3x). Setiap kali aku tanya kenapa mereka nggak bosen-bosennya belajar kesana-kemari, talaqqy, baca buku, ng’hafalin qurán, atau ikutan diskusi-diskusi ilmiah. Banyak yang bilang, “karena saya belum bisa apa-apa”.

Subhanallah, padi semakin berisi semakin merunduk memang. Aku heran, padahal mereka jauh di atasku dalam hal keilmuan. Mereka sudah jauh berlari, aku masih baru mencoba untuk berdiri. Iseng ku bilang sama salah satu dari mereka, “kan anti udah pinter dan udah pernah mempelajari madah ini, ngapain belajar lagi?”.
“ya, kan saya pengen tahu lebih dalam lagi tentang madah ini ukhti. Selain itu mungkin cuma ini yang bisa saya lakukan sebagai bentuk rasa syukur saya atas karunia-Nya, menganugerahkan kesempatan emas untuk menuntu ilmu disini”, sambil tersenyum manis. Senyuman yang berhasil membuatku tak bisa berkutik lagi karena tertohok, hihihi.

Tapi yang aku sering heran.
Kebanyakan orang masih memandang:
* Orang yang nggak rajin / belajar, trus hasil yang di capai maksimal => Cerdas.
Yups…aku setuju dengan statemen itu. Itu berarti Allah memberikan satu kelebihan pada dia.

Tapi…
* Orang yang rajin terus hasil yang di capai juga maksimal => Owh, itu karena dia rajin.

Gitu deh jawabnya…

Awalnya sih, aku masih sempat nerima aja tuh statemen.
Aku yakin, dalam benak banyak orang Cerdas dan Rajin itu berbeda. Dan kebanyakan orang akan merasa lebih bangga di katakan cerdas dari pada rajin.

Tapi setelah aku lihat lagi. Tidak semua orang rajin yang mendapat hasil yang memuaskan, itu hanya di sebabkan oleh kerajinannya aja. Faktor kecerdasannya pun mempunya porsi cukup besar.

So…aku menyimpulkan, orang rajin bukan berarti tidak lebih cerdas dari orang cerdas!. Karena aku melihat beberapa teman dekatku memang seperti itu. Dan itulah hamba yang baik, menurutku.

Whatever…sekali lagi itu hanya sebuah pandangan.
Jika ada sepuluh kepala, maka bisa jadi muncul sepuluh pandangan yang berbeda juga. Dan semuanya relatif, jika barometernya adalah akal manusia.

Hmm…
that’s all…

DH PALACE
30 Juli 2009
12.47
El-Funny

Semangat itu di cari, bukan di tunggu!

Hal yang paling menyebalkan dalam belajar adalah, kehilangan semangat.

Salah satu sumber kekuatan terbesar dan modal terbesar dari sebuah kesuksesan. Namun pertanyaannya, bagaimana kita bisa membuat diri kita senantiasa bersemangat dalam melakukan semua aktivitas kita?

Semangat seakan menjadi sang primadona hari-hari ini, terlebih lagi bagi para mahasiswa/pelajar Kairo yang sedang menghadapi ujian. Sebab, dalam event seperti ini, mereka kerap di landa penyakit mematikan, Malas.

Ah, termasuk aku tentunya.
Tak jarang aku mengeluh di tengah laju perjalanan belajarku yang, yah…begitu-begitu saja, mungkin. Kehilangan semangat yang berakibat berkurangnya etos belajarku. Menyebalkan bukan?!

Hal pertama yang terpikir olehku adalah; bagaimana aku bisa menemuka kembali makhluk yang bernama semangat. Makhluk licin yang jika kita tidak kuat memegangnya, maka dia akan lari dengan begitu saja.

Lalu, bagaimana aku harus mencarinya?

Kalau aku pribadi sih, aku harus mencari titik kelemahanku sendiri terlebih dahulu. Kalau dalam hal belajar, aku adalah salah satu tipe orang yang lebih suka belajar secara bersama-sama. Tidak sendirian.
Bisa aja sih belajar sendirian, tapi hampir bisa di pastikan hasil yang akan di capai tidak akan semaksimal jika aku belajar dengan orang lain.

Aku lebih suka sharing ide dengan yang lain. Belajar bersama, dan memahami madah bersama-sama. Menyamakan pemahaman hasil baca sendiri yang kita bawa sebelumnya, juga tukar pikiran jika memang ada perbedaan. Yang jelas, aku bisa take n give dengan pasangan belajarku.

Walhasil, setiap kali aku ngerasa bored banget belajar di rumah, langsung aja aku meluncur ke rumah temenku di daerah hay-sabiek. Dan setiap kali aku kesana, seakan-akan semangat itu kembali ada. Seperti handphone yang baru saja di charg…masih anget uey! .

Yuhuiiii…SEMANGAT lagi deh.

Dari sini aku menyimpulkan…SEMANGAT ITU MEMANG HARUS DI CARI.

Regards
16.48
28 Juli 2009

Setapak perjalanan

Setapak perjalanan
Pelik...
Terjal...
Tinggi...

Bagaimana aku harus menggambarkannya
Semua semakin tidak berarti
Lebih baik memang kembali
Tak perlu mengerti yang terjadi
Hanya biarkan sang diri menjadi diri
Melepuh dan terkoyak dengan yang berhak

Sebenarnya semuanya begitu indah
sebenarnya semuanya begitu mudah
Sebenarnya semuanya begitu terbuka

Hanya saat kau sadari bahwa semuanya adalah FANA
hanya Dia yang ADA
[regards]

----------
* Saat perjalanan itu semakin membuatku tak mengerti akan diriku
Hanya ada satu yang bisa membantuku...Dia (Rabb; Sang Kekasih sejati)

Lagi-lagi menyebalkan

11.30

sekarang aku lagi ngantri di salah satu tempat yang paling menyebalkan d Cairo ini:
*JAWAZAT*,selain su'un thulab-tempat ngantri buku & tashdiq-tentunya.

Ah,tapi ya sudahlah. Sepertinya KESABARAN memang harus menjadi sahabat terbaikku kini.Di negeri orang,emang bisa ngapain? Selain mengeluh,nggerundel,teriak-teriak,yang atsarnya ada ato nggak aja ga bisa di pastikan:(
tapi sekali lagi...Ya sudahlah.
Bismillah aja,pastinya HIKMAH sedang menunggu di blik sana,ya ga?:)

Hmm...Tapi lumayanlah, aku masih bisa ng'blog untuk sekedar mengurangi rasa penat yang memang kelihatan enggan untuk menghilang. Baru habis beberapa lembar muqoror, otak serasa nggak loading lagi:(
fiuhh, whatever...Its life;)

Oh iya,kok aku jadi inget obrolanku bareng temen serumahku, semalem ya!
Beberapa saat setelah acara oel-tah sederhana si Najdah,adek kelasku.

Topik sederhana tentang satu hal yang kita rasakan selama ini.
*KEBERSAMAAN*

Di rumah, aku merasa kebersamaan itu begitu terasa. Bukan lagi sebagai teman yang solid. Lebih dari itu, aku merasa kita ber-7 adalah saudara.

Bertujuh dalam satu bangunan yang bernama rumah. Bernuansa ungu dengan dua kamar,satu ruang tamu yang cukup luas untuk ukuran mahasiswa, satu kamar mandi dan satu dapur. "hah? Tujuh orang cuma dua kamar?", respon yang sering kudapat saat ceritaku sampa di telinga mereka. "ga sumpek tuh mit?", komentar susulan yang kerap mereka lontarkan. Dan satu jawabanku...Senyum:)

Memang sih, di banding beberapa rumah yang pernah aku singgahi sebagai taman untukku berteduh di bumi kinanah ini, rumah ini menempati posisi pertama sebagai rumah t'sumpek:D. Rumah dengan personil terbanyak dan jumlah kamar tersedikit. I thougt it would be hard to me, at that time:(.

But the real isn't like that
to be continue
(Mood nulisnya dah habis, nunggu petugas jawazat kelamaan)

Uffh...Tau nggak pa yg terjadi ma aku sekarang??

Hmm...Do you know that i'm so BORED now!!

Lagi nungguin tashdiq euy...HUAHUAHUA...Nyebelin.
Jadi ga mood mau masuk mukhadharah ketiga {hayyah..Bilang ja emang males dari awal:P}

Setor data jam 9,ngambilnya jam 1,pake acara molor lagi si Ablah,wekz
Mesir..Mesir:(

capek deh!!

Semburat wajah kekasih

Semburat wajah sang kekasih
Ada, meski tak nampak
Indahnya terasa, meski samar
Sejuknya merajukku, dan aku pun teráyu oleh-Nya

Sentuhan-Nya melumpuhkanku
Lidahku kelu saat mengucap asma-Nya
Aku tebujur kaku oleh cinta-Nya
Yang selalu ingin ku raih

Namun kenapa penghalang itu begitu besar

Aku tahu engkau juga mencintaiku
Bahkan cinta-Mu lebih besar dari cintaku
Namun kau juga mengirimkan banyak hal
Yang sering membuatku telupa oleh-Mu
Kenapa kekasihku?

Terlalu naifkah jika hal itu ku pertanyakan?
Maaf kekasihku
Maaf…

Aku begini karena aku dhaif
Masih saja ku biarkan selain-Mu mengisi ruang ini
Ruang, yang seharusnya adalah milik-Mu
Hanya milik-Mu
Dan sayang sekali
Seringkali lakuku mengamininya

Ah dasar nafsu
Selalu saja ikut campur dalam urusan percintaanku
Dia membuat cintaku tak sebening milik-Nya